Vaksin malaria yang berpotensi "mengubah dunia" kini sedang dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford, Inggris.
OnokAe.com — Tim ilmuwan berharap vaksin tersebut bisa mulai digunakan tahun depan, setelah uji coba baru-baru ini menunjukkan perlindungan hingga 80% terhadap penyakit yang mematikan itu.
Yang paling penting, menurut para ilmuwan, vaksin itu akan dijual dengan harga murah dan mereka telah memiliki kesepakatan untuk memproduksi lebih dari 100 juta dosis per tahun.
Badan amal Malaria No More berkata, kemajuan tentang vaksin malaria baru-baru ini berarti anak-anak yang meninggal karena malaria dapat berakhir “dalam hidup kita”.
Menurut badan kontrol dan pencegahan penyakit, Centers for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat, pada 2020 diperkirakan sekitar 627.000 orang meninggal karena malaria, sebagian besar anak-anak di kawasan sub-Sahara Afrika.
Dan menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, Indonesia masih menjadi satu dari sembilan negara endemi malaria di Asia Tenggara, dengan kasus terdiri dari 21% kasus dan 16% kematian akibat malaria. Angka melaria masih cukup tinggi, menurut WHO, walaupun banyak pencapaian Indonesia dalam eradikasi malaria.
Diperlukan lebih dari satu abad untuk mengembangkan vaksin yang efektif melawan parasit malaria—yang disebarkan oleh nyamuk—yang sangat kompleks dan sulit dipahami.
Parasit ini adalah target yang terus bergerak, mengubah bentuk di dalam tubuh, yang membuatnya sulit untuk diimunisasi.
Tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan lampu hijau untuk vaksin malaria pertama—aksi yang bersejarah—yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi raksasa GSK untuk digunakan di Afrika.
Namun, tim ilmuwan Oxford mengeklaim pendekatan mereka lebih efektif dan dapat diproduksi dalam skala yang jauh lebih besar.
Hasil uji coba vaksin yang dikembangkan tim ilmuwan Oxford terhadap 409 anak di Nanoro, Burkina Faso, telah dipublikasikan di Lancet Infectious Diseases.
Hasil uji coba itu menunjukkan tiga dosis awal diikuti oleh booster setahun kemudian memberikan perlindungan hingga 80%.
“Kami pikir data ini adalah data terbaik di lapangan dibanding vaksin malaria apa pun,” kata Profesor Adrian Hill, direktur Jenner Institute di universitas tersebut.
Tim ilmuwan akan memulai proses agar vaksin mereka disetujui dalam beberapa pekan ke depan, tetapi keputusan akhir akan bergantung pada hasil uji coba terhadap 4.800 anak sebelum akhir tahun.
Produsen vaksin terbesar di dunia—Serum Institute of India—sudah bersiap untuk memproduksi lebih dari 100 juta dosis per tahun.
Profesor Hill mengatakan vaksin malaria—yang disebut R21—dapat dijual dengan harga “beberapa dolar” dan “kami sangat bisa melihat pengurangan yang sangat substansial terkait beban malaria yang menghebohkan itu”.
Bikin artikel seru kamu yang menarik dan bermanfaat! Let’s join OnokAe Ada Aja dengan klik di sini.